Masa Bercocok Tanam Pada Kurun Pra Aksara
Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan kuliner tingkat lanjut ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang, alasannya ialah tingkat kesulitan yang tinggi. Pada masa ini sudah mulai ada perjuangan bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas daerah tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
Baca Juga : Masa Perundagian Pada Masa Pra Aksara
1) Manusia
Manusia yang hidup pada masa bercocok tanam di Indonesia Barat menerima efek besar dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur hingga kini lebih dipengaruhi oleh komponen Austromelanesoid.Kelompok insan sudah lebih besar, alasannya ialah hasil pertanian dan peternakan sudah sanggup memberi makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat menguntungkan, alasannya ialah mereka sanggup menghasilkan kuliner yang lebih banyak pula.
2) Teknologi
Masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dari kerikil dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan gerabah. Alat yang terbuat dari kerikil dan biasa diasah ialah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Di antara alat kerikil yang paling populer ialah beliung persegi.3) Kehidupan masyarakat
Masyarakat mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka sudah mengatakan gejala akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru, yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. Proses perubahan tata kehidupan yang ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti.Demikian pula dengan daerah tinggal, dari yang masih sangat sederhana berbentuk lingkaran dengan atap dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah bertahap kepada bentuk yang lebih maju dengan daya tampung yang lebih banyak, untuk menampung keluarga mereka. Gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang memang diharapkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang banyak, menyerupai mendirikan rumah dan membersihkan akses air untuk bercocok tanam.
Masyarakat merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan. Oleh alasannya ialah itu, mereka meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang-binatang peliharaan. Yang terang mereka sudah tidak lagi tergantung pada alam. Mereka sudah mengadakan perubahan-perubahan, dengan menganggap sebagai pemilik atas unsurunsur yang mengelilinginya.
4) Pemujaan roh nenek moyang
Pemujaan roh leluhur maupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan mistik menjadi moral kebiasaan masyarakat dikala itu. Kebiasaan semacam itu lazim disebut animisme dan dinamisme. Sudah mulai ada kepercayaan perihal hidup sehabis mati, bahwa roh seseorang tidak lenyap pada dikala orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa semoga roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka.Tradisi mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul menurut kepercayaan adanya relasi antara yang hidup dengan yang mati. Terutama alasannya ialah adanya efek yang berpengaruh dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.
Belum ada Komentar untuk "Masa Bercocok Tanam Pada Kurun Pra Aksara"
Posting Komentar