Pendirian Organisasi Perhimpunan Indonesia (Pi) Oleh Para Pelajar Indonesia
Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi yang didirikan oleh para pelajar Indonesia yang ada di negeri Belanda. Pada tahun 1908 mereka mendirikan organisasi yang dengan nama Indische Vereeniging yang didirikan oleh Sutan Kasayangan dan R.M. Noto Suroto dengan tujuan untuk memajukan kepentingan bersama antara orang-orang yang berasal dari Indonesia di negeri Belanda. Selain itu bertujuan pula untuk menjalin hubungan baik antara Indonesia dengan Belanda.
Pada awalnya, organisasi ini hanya bersifat sosial dan berjuang mengurus kepentingan bersama orang-orang Indonesia di negeri Belanda dan mereka mempunyai majalah yang berjulukan Hindia Putra. Kemudian dengan adanya perkembangan gres di dunia yaitu sesudah Perang Dunia I, perasaan antiKolonialisme dan imperialisme di kalangan tokoh-tokoh Indische Vereeniging semakin meningkat. Maka pada tahun 1922 Indische Vereeniging diganti menjadi Indonesische Vereeniging (IV) dan kegiatannya pun menjadi bersifat politik dengan tiga azas pokok, yaitu (1) Indonesia ingin memilih nasibnya sendiri, (2) biar sanggup memilih nasibnya sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, dan (3) dengan tujuan melawan Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu. Dengan demikian, pada pada dasarnya azas IV akan tercapai dengan jalan seluruh orang Indonesia bersatu.
Pada kurun waktu berikutnya, tepatnya tahun 1924 nama Indissche Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia dan majalah Hindia Putra diganti menjadi majalah Indonesia Merdeka. Dengan adanya perubahan baik pada nama organisasi maupun nama majalah memperlihatkan bahwa organisasi ini semakin tegas bergerak dalam bidang politik. Perubahan nama membawa perubahan pula kepada tujuannya, yaitu untuk mencapai kemerdekaan penuh bagi Indonesia. Organisasi ini semakin meningkat aktivitas politiknya sesudah masuknya Ahmad Subardjo dan Mohammad Hatta menjadi anggota dan pernah menjabat sebagai ketua.
Kegiatan Perhimpunan Indonesia semakin luas dan tidak terbatas hanya di Belanda dan Indonesia saja, tetapi juga ke dunia interansional, contohnya dalam Liga Penentang Imperialis dan Penindasan Kolonial. Pada bulan Agustus 1926, Perhimpunan Indonesia ikut dalam kongres Liga Demokrasi Internasional di Paris yang diwakili oleh Mohammad Hatta. Dalam kongres tersebut, Mohammad Hatta secara tegas menyatakan tuntutan kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1927 diadakan kongres Liga di Berlin, sebuah kongres yang memperlihatkan sumbangan kepada usaha rakyat Indonesia.
Dengan kegiatannya yang banyak melibatkan diri dalam dunia Internasional, balasannya mengakibatkan kemarahan dari Belanda. Untuk itu pada tanggal 10 Juli 1927 empat orang anggota Perhimpunan Indonesia, yaitu Mohammad Hatta, Nazir Pamuncak, Abdulmajid Djojodiningrat, dan Ali Sastroamidjojo ditangkap. Kemudian disidang di pengadilan di kota Den Haag pada tanggal 22 Maret 1928, alasannya tidak terbukti bersalah mereka dibebaskan.
Ada beberapa hal yang perlu dicatat sehubungan dengan aktivitas Perhimpunan Indonesia, yaitu adanya Manifesto Politik atau pernyataan politik diawali pada tahun 1924 saat organisasi Indonesische Vereniging di negeri Belanda berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Begitu pula majulah Hindia Putra di ganti menjadi majalah Indonesia Merdeka.
Kegiatan Perhimpunan Indonesia semakin meningkat pada tahun 1925 dengan adanya azas atau dasar yang baru, yaitu sebagai berikut :
Hanya bangsa Indonesia yang bersatu dengan menyingkirkan kontradiksi antar golongan yang sanggup mematahkan penjajah. Untuk mencapai tujuan perlu dibuat masa agresi nasional yang menurut atas kemampuan masyarakat Indonesia dalam usaha kemerdekaan.
Unsur yang sangat penting dalam duduk masalah Kolonialisme yakni adanya kontradiksi kepentingan antara penjajah dengan orang-orang terjajah, maka harus mempertajam dan menguatkan kontradiksi kepentingan.
Melihat imbas penjajah yang merusak, baik jasmani maupun rohani dan pergaulan hidup bangsa Indonesia, segala usaha harus dijalankan untuk mengembalikan pada keadaan semula.
Untuk menyebarluaskan dan mempropagandakan asas tersebut, maka dilakukan aneka macam upaya, untuk mengadakan hubungan dengan pergerakan nasional yang ada di Indonesia, baik secara eksklusif maupun tidak langsung. Disamping itu juga dengan mengadakan hubungan dengan organisasi internasional.
Propaganda dan hubungan dengan pergerakan nasional yang ada di Indonesia dilakukan dengan perantaraan tulisan-tulisan dalam majalah Indonesia merdeka, melalui orang yang sudah menamatkan pelajarannya kembali ke Indonesia, melalui orang-orang yang menjadi penghubung, dan dengan perantaraan orang-orang yang pulang pergi ke negeri Belanda. Sedangkan propaganda dan hubungan dengan organisasi internasional dilakukan dengan cara mengikuti aktivitas dalam liga penentang imperialis di Paris pada tahun 1925, juga mengikuti kongres dalam rangka mencari sumbangan usaha Indonesia.
Dengan adanya asas gres Perhimpunan Indonesia itu tersirat suatu puncak perkembangan ideologi kesatuan dan persatuan, yang dijadikan sebagai pegangan selanjutnya bagi arah pergerakan nasional Indonesia. Ideologi tersebut yakni ideologi nasionalisme yang di dalamnya terkandung persatuan dan kesatuan, adanya demokrasi dan swadaya (mengandalkan pada kekuatan sendiri) dalam usaha menentang penjajah. Ideologi ini menjadi dasar usaha pergerakan nasional pada masa selanjutnya yang ditumbuhkembangkan bersamaan dengan timbul tenggelamnya organisasi-organisasi pergerakan nasional di Indonesia. Pergerakan nasional yang secara eksklusif banyak dipengaruhi oleh gagasan dari Perhimpunan Indonesia, antara lain Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), PNI dan Pemuda Indonesia dan Pergerakan Nasional selanjutnya berpegang pada ideologi nasionalisme.
Belum ada Komentar untuk "Pendirian Organisasi Perhimpunan Indonesia (Pi) Oleh Para Pelajar Indonesia"
Posting Komentar