Pemanfaatan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Oleh Siswa
Pemanfaatan dikonseptualisasikan sebagai suatu sikap atau tindakan menggunakan, mendapatkan atau mengikuti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh konselor. Menurut Sofyan dan Willis (2009 : 116) Siswa yang merasa mengalami kesulitan diperlukan punya kesadaaran diri untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan sukarela. Namun walaupun siswa tiba dengan sukarela kalau pembimbing kurang terampil, kurang bersahabat, maka siswa tersebut tetap akan kecewa, Untuk menghadapi klien terpaksa, pembimbing dihentikan memaksa untuk memberi santunan salah satu taktik yaitu menjelaskan secara bijak apa yang dimaksud dengan konseling. Sebab kebanyakan siswa enggan atau tidak mau mendatanngi konseling sebab nama baik bimbingan dan konseling telah terkontaminasi akhir ulah pembimbing di lapangan yang tidak profesional.
Mereka memandang bahwa konseling yaitu : (1) proses nasehat semoga klien menjadi baik, (2) konseling hanya bagi kasus-kasus orang yang mengalami dilema atau kesulitan pembiasaan diri contohnya orang gila. seorang siswa nakal, mencuri, memukul teman, maka anak itu harus diberi bimbingan. namun kalau ada anak yang berprestasi dalam seni, belajar, olahraga, dan sebagainya, mereka tidak perlu dibimbing. Padahal bimbingan dan konseling harus diberikan kepada semua orang untuk perkembangan potensinya, jadi bukan hanya bagi yang bermasalah. Namun dilema yang besar yaitu kemampuan konselor menghadapi klien bermusuhan. Untuk memahami seberapa jauh pemanfaatan layanan bimbingan konseling di sekolah yakni, ada perbedaan antara siswa yang memanfaatkan dan yang tidak memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Perbedaan itu tampak berkaitan dengan persepsi siswa terhadap cara konselor menampilkan dirinya dihadapan siswa. Siswa yang memanfaatkan layanan bimbingan umumnya menyatakan bahwa konselor merupakan orang yang ramah, menyenangkan, bersahabat, penuh pengertian, menghargai, terbuka, dan bisa dipercaya. Sedangkan siswa yang tidak memanfaatkan menyatakan bahwa mereka takut dengan konselor dengan alasan konselor sering menghukum, tidak ramah, sering marah, tidak menghargai, dan tidak bersahabat.
Untuk memaksimalkan tugas agenda layanan bimbingan dan konseling tentunya juga harus diiringi dengan pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling yang maksimal pula. Pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling sendiri diartikan sebagai sikap menggunakan, menerima, atau mengikuti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh pembimbing, dengan cara berpartisipasi dalam banyak sekali komponen agenda layanan bimbingan dan konseling. Tentunya kata pemanfaatan disini menuntut siswa juga berperan aktif dalam memanfaatkan layanan tersebut, bukannya pasif menunggu agenda layanan yang di berikan oleh pembimbing.
Untuk memaksimalkan tugas agenda layanan bimbingan dan konseling tentunya juga harus diiringi dengan pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling yang maksimal pula. Pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling sendiri diartikan sebagai sikap menggunakan, menerima, atau mengikuti layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh pembimbing, dengan cara berpartisipasi dalam banyak sekali komponen agenda layanan bimbingan dan konseling. Tentunya kata pemanfaatan disini menuntut siswa juga berperan aktif dalam memanfaatkan layanan tersebut, bukannya pasif menunggu agenda layanan yang di berikan oleh pembimbing.
Belum ada Komentar untuk "Pemanfaatan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Oleh Siswa"
Posting Komentar