Hubungan Alasannya Akhir Antara Keragaman Ideologi Dengan Perbedaan Taktik Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia

Seperti telah diuraikan pada kepingan sebelumnya, bahwa pada awal kurun ke-20 muncul banyak sekali pergerakan yang sifatnya modern untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Setiap pergerakan yang ada nampaknya jikalau kita perhatikan mempunyai idiologi, pola, corak dan taktik yang pergerakan yang berbeda satu sama lain, meskipun memang mempunyai tujuan yang intinya sama, yaitu untuk mencapai Indonesia yang merdeka, lepas dari penjajahan bangsa Barat.
 Seperti telah diuraikan pada kepingan sebelumnya Hubungan Sebab Akibat Antara Keragaman Ideologi Dengan Perbedaan Strategi Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Dalam pergerakannya mencapai kemerdekaan Indonesia tersebut ada organisasi yang memperlihatkan perilaku kooperatif (bekerja samadengan penjajah) maupun nonkooperatif (tidak bekerja samadengan penjajah), moderat (tidak keras) maupun radikal (keras). Organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia yang mengambil langkah kooperatif biasanya akan bersikap moderat, meskipun ada juga yang diselingi oleh perilaku radikal. Tetapi sebaliknya, organisasi yang nonkooperatif mempunyai perilaku radikal dan reaksioner dalam perjuangannya. Untuk lebih mengetahui pola perilaku usaha kooperatif dan non kooperatif berikut ini akan dijelaskan di antara keduanya.

Kegiatan Organisasi Dengan Menggunakan Taktik Kooperatif

Kooperatif merupakan taktik atau perilaku pola usaha yang dipakai untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dengan memandang bahwa kemerdekaan ekonomi maupun politik sanggup tercapai melalui kolaborasi dengan pemerintah Kolonial. Sikap kooperatif ini dijalankan dalam rentang waktu yang sifatnya sementara dalam rangka menyusun kekuatan yang akan mendukung pola usaha dengan memanfaatkan akomodasi pemerintahan Kolonial. Dengan perilaku usaha yang sifatnya kooperatif segala acara yang dilakukan tidak akan dicekal atau dibubarkan oleh penguasa/penjajah. Untuk itu, dalam praktiknya, organisasi-organisasi yang menggunakan taktik kooperatif ini akan bersifat lunak dan moderat mengikuti arah perkembangan Kolonialisme. Namun demikian, kemerdekaan yang dicita-citakan akan tercapai tanpa ada pertumpahan darah, kekerasan, dan radikalisme.

Adapun kegiatan-kegiatan organisasi yang menggunakan taktik kooperatif antara lain dengan:

a. Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat, melalui usaha di bidang ekonomi,sosial-budaya; dan

b. Memilih dan mengutus wakil-wakil untuk menjadi anggota Dewan Rakyat (Volksraad). Dalam dewan ini, diperlukan anggota sanggup memperjuangkan keinginan kemerdekaan Indonesia dengan cara melobi pada pemerintah, sebagai pola ibarat apa yang telah dilakukan Sutardjo melalui Petisi Sutardjo.

Untuk mengetahui arah usaha organisasi yang menggunakan taktik kooperatif, salah satunya kita sanggup mengamati dari perjalanan Budi Utomo pada awal perjuangannya. Pada awal kehadirannya dalam kancah pergerakan kemerdekaan Indonesia Budi Utomo menampakkan perilaku yang moderat kepada pemerintahan Kolonial. Hal ini dilakukannya dalam rangka membuat masyarakat yang merdeka, terutama yang diawali dengan peningkatan kehidupan sosial-ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. Sikap moderat Budi Utomo ditunjukkan pula dalam menjalin relasi kolaborasi dengan pemerintah Kolonial. Dari relasi itu diperlukan akan diperoleh komitmen untuk mencapai kemerdekaan.

Kegiatan Organisasi dengan Menggunakan Taktik Nonkooperatif

Berbeda dengan taktik kooperatif, pola pergerakan dengantaktik non-kooperatif ialah pola usaha yang memperlihatkan perilaku tidak mau kerjasama dengan pemerintah jajahan. Sifat ini menurut pedoman bahwa kemerdekaan sanggup dicapai tanpa pemberian pemerintah Kolonial, tetapi sanggup diperjuangkan dengan perilaku yang menentang secara tegas atas segala bentuk tindakan penjajah. Oleh sebab itu, segala bentuk kolaborasi dengan pihak Kolonial harus dihindari. Sikap keras terhadap pemerintahan Kolonial Belanda merupakan ciri dari organisasi-organisasi yang berhaluan non-kooperatif.

Organisasi-organisasi yang berhaluan nonkooperatif ini mempunyai ciri acara sebagai berikut:

a. Menggalang semangat kebangsaan dan kesatuan di kalangan rakyat dengan jalan rapat-rapat, kursus-kursus, dan lain-lain;

b. Mengecam pemerintah Kolonial yang melaksanakan tindakan-tindakan kejam dan di luar batas kemanusiaan; dan

c. Menuntut pemerintah Kolonial Belanda untuk memperlihatkan ruang gerak kepada organisasi-organisasi Pergerakan Nasional.

Untuk organisasi-organisasi pergerakan tertentu, perilaku non-kooperatif ditunjukkan melalui banyak sekali agresi kekerasan dalam memperjuangkan cita-citanya. Di samping itu, perilaku non-kooperatif ditandai pula oleh adanya semangat yang menyala-nyala untuk menentang Kolonialisme. Mereka memobilisir massa untuk menggulingkan pemerintah Kolonial, sehingga kemerdekaan yang dicita-citakan sanggup tercapai. Perjuangan mencapai kemerdekaan ini sanggup diperjuangkan sendiri atau bekerja dengan organisasi yang sejenis dan sefaham, tanpa bekerja sama dengan pemerintah Kolonial. Adapun organisasi pergerakan yang mempunyai perilaku nonkooperasi antara lain Indische Partij (IP), Sarekat Islam (SI), Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Dengan sifat pergerakannya yang radikal dan nyata-nyata menentang pihak penguasa atau pemerintah Kolonial, pada umumnya organisasi pergerakan yang mengambil jalur radikal selalu diakhiri dengan tindakan tegas dari pemerintah yang sedang berkuasa, bahkan sering ditandai dengan adanya penangkapan, pembuangan, dan memperlihatkan humuman mati kepada para pemimpin yang menggerakkan organisasi yang bersangkutan.

Belum ada Komentar untuk "Hubungan Alasannya Akhir Antara Keragaman Ideologi Dengan Perbedaan Taktik Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel