Model Pengajaran Menulis Dengan Pendekatan Writing Process Di Sekolah Dasar

Kemampuan menulis tidak sanggup diperoleh secara alamiah melainkan melalui proses rekursif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, keterampilan ini mutlak harus diberikan sedini mungkin. Dalam bab ini Anda akan mempelajari secara lebih jauh mengenai proses menulis dan tahapan-tahapannya mulai dari pramenulis, penulisan draf, penyuntingan, pengeditan, dan pemublikasian. 

 Kemampuan menulis tidak sanggup diperoleh secara alamiah melainkan melalui proses rekursif  Model Pengajaran Menulis dengan Pendekatan Writing Process di Sekolah Dasar

Farris (1993) mengemukakan bahwa dalam konteks kiat berbahasa (language art) menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari siswa. Khususnya di sekolah dasar, menulis merupakan keterampilan yang sulit diajarkan sehingga bagi guru, mengajarkan menulis juga merupakan kiprah yang paling sulit. Newman (1985) menegaskan bahwa hal ini dikarenakan menulis berkembang dalam banyak sekali arah atau kecenderungan. Menulis adakala berkembang secara berkesinambungan, adakala tidak sanggup dikenali, dan adakala juga memperlihatkan perkembangan yang mengejutkan atau luar biasa (Suwignyo, 1997).

Mengacu pada proses pelaksanaannya, menulis merupakan kegiatan yang sanggup dipandang sebagai (1) suatu keterampilan, (2) proses berpikir (kegiatan bernalar), (3) kegiatan transformasi, (4) kegiatan berkomunikasi, dan (5) sebuah proses. Sebagai suatu keterampilan, menulis sebagaimana keterampilan berbahasa lainnya perlu dilatihkan secara rekursif dan ajek. Hal ini akan memberi kemungkinan lebih besar bagi siswa untuk mempunyai keterampilan menulis yang lebih baik. Latihan harus selektif sehingga pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan tujuan dan benar-benar sanggup menunjang pencapaian sasaran kemampuan menulis yang diharapkan. Untuk itu, latihan harus dilakukan dalam konteks yang konkret dan fungsional sehingga sanggup memperlihatkan manfaat bagi siswa secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai suatu proses berpikir (kegiatan bernalar) penulis dituntut mempunyai budi sehat yang baik sehingga menghasilkan goresan pena yang baik. Tchudy mengemukakan bahwa bernalar merupakan dasar dalam kegiatan menulis. Siswa harus menyeleksi dan mengorganisasikan isu untuk kemudian merepresentasikannya kembali dalam urutan yang logis (Crawley, 1988:200). Dengan demikian, penulis yang mempunyai budi sehat yang baik akan menghasilkan goresan pena yang baik. 

Karangan merupakan suatu hasil proses berpikir. Karangan merupakan hasil ungkapan ide, gagasan, dan perasaan yang diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif. Pelaksanaan kegiatan menulis menuntut proses berpikir. Dalam menulis, siswa akan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dituliskannya sehingga wangsit dan gagasan sanggup dituliskan secara baik. Hadis (1995) mengemukakan pendapatnya bahwa berguru berpikir sanggup dilakukan melalui kegiatan menulis atau mengarang. Menulis karangan mendorong anak untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menuliskan karangannya. Berdasarkan hal di atas sanggup disimpulkan bahwa menulis merupakan ungkapan kreativitas yang tidak hanya menekankan pada keterampilan mekanistis, tetapi lebih pada prosesnya. Dalam kegiatan menulis, siswa akan memanfaatkan dunia pengetahuan dan pengalamannya, menuangkan ide, gagasan, dan perasaannua serta mengaitkannya dengan skemata yang dimiliki sehingga sanggup melahirkan sebuah tulisan.

Sebagai suatu kegiatan transformatif, dalam menulis diharapkan dua kompetensi dasar, yakni kompetensi mengelola cipta, rasa, dan karsa, serta kompetensi memformulasikan ketiga hal itu ke dalam bahasa tulis.Tercakup dalam kompetesi pertama, yakni penguasaan perihal substansi, ruang lingkup, dan sistematika permasalahan yang akan ditulis. Kompetensi kedua berkaitan dengan kemampuan memakai bahasa tulis meliputi penguasaan kaidah tata tulis, diksi, kalimat, paragraf, dan sebagainya.

Selanjutya menulis merupakan kegiatan berkomunikasi. Seseorang menulis dengan mempertimbangkan audiens (pembaca) alasannya menulis tidak ditujukan hanya untuk diri sendiri. Untuk itu, dalam menulis perlu dipertimbangkan konteks goresan pena meliputi apa, siapa, kapan, untuk tujuan apa, bentuk tulisan, media penyajian yang dipilih, dan sebagainya sehingga goresan pena yang dihasilkan komunikatif.

Pada balasannya menulis merupakan suatu proses yang berisi serangkaian kegiatan mulai dari menyusun planning (perencanaan, pramenulis), menulis draf (pengedrafan), memperbaiki draf (perbaikan), menyunting draf (penyuntingan), dan mempublikasikan hasil goresan pena (pemublikasian).

Proses menulis (writing process) merupakan suatu pendekatan untuk mengamati pembelajaran menulis yang penekanannya bergeser dari produk pada proses penuangan apa yang dipikir dan ditulis siswa. Proses menulis bukan linear, melainkan rekursif (berulang). Dengan demikian, kegiatan menulis dilakukan melalui proses yang selesai dalam satu kali atau beberapa kali pengulangan dengan tingkat penitikberatan yang berbeda setiap tahapannya. Proses ini bervariasi bergantung pada pribadi, tingkat kognitif, dan pengalaman penulis. 

Proses menulis yang terdiri atas tahapan-tahapan mulai dari pramenulis hingga kegiatan publikasi merupakan kegiatan yang sifatnya fleksibel dan tidak kaku. Pada dikala satu tahapan telah dilakukan dan tahap selanjutnya akan dikerjakan, siswa sanggup kembali pada tahap sebelumnya. Sebagaimana juga dikemukakan Rofi’uddin (1997:16) bahwa menulis sanggup dipandang sebagai rangkaian acara yang bersifat fleksibel. Rangkian acara yang dimaksud meliputi pramenulis, penulisan draf, perevisian, penyutingan, dan pemublikasian dan pembahasan. Pada dikala menulis anak perlu menerima bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Oleh alasannya itu, pelatihan yang diberikan oleh guru pada dikala proses menulis berlangsung mulai dari tahap awal hingga tahap pelahiran produk goresan pena sangat diperlukan. Intervensi sanggup dilakukan guru dengan memantau kegiatan menulis siswa melalui kegiatan observasi dan konferensi, serta dengan melaksanakan kegiatan menilik hasil goresan pena siswa.

Belum ada Komentar untuk "Model Pengajaran Menulis Dengan Pendekatan Writing Process Di Sekolah Dasar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel