Sistem Peringatan Dini Mengenai Terjadinya Tsunami
Sampai ketika ini kita belum sanggup meramalkan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Yang sanggup dilakukan ialah mencegah jatuhnya terlalu banyak korban. Tidak mungkin mengosongkan seluruh kawasan rawan gempa dari penduduk. Konstruksi tahan gempa ialah salah satu alternatif. Demikian pula dengan tsunami, mustahil mengosongkan seluruh kawasan pantai di sekitar kawasan rawan gempa. Yang mungkin ialah mengadakan sistem peringatan dini dan mekanisme penyelamatan manakala peringatan dini terjadi. Memang ini tidak menuntaskan seluruh persoalan lantaran apabila sentra gempa terjadi tidak jauh dari pantai, tsunami sanggup tiba dalam hitungan menit sehingga mustahil ada kesempatan untuk melarikan diri. Tapi mekanisme penyelamatan masih sanggup dilakukan untuk berjaga-jaga manakala gempa yang mungkin menimbulkan tsunami terjadi jauh dari kawasan kita sehingga memberi kesempatan untuk evakuasi.
Baca Juga : Upaya Meringankan Bahaya Tsunami
Kebanyakan kota di sekitar Samudera Pasifik, terutama di Jepang juga di Hawaii, mempunyai sistem peringatan dan mekanisme pengungsian sekiranya tsunami diramalkan akan terjadi. Bencana tsunami sanggup diprediksi oleh banyak sekali institusi seismologi di banyak sekali penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami sanggup dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan bahari yang terknoneksi dengan satelit.
Perekam tekanan di dasar bahari tolong-menolong dengan perangkat yang mengapung di bahari buoy, sanggup dipakai untuk mendeteksi gelombang yang tidak sanggup dilihat oleh pengamat insan pada bahari dalam. Sistem sederhana yang pertama kali dipakai untuk memperlihatkan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih
dikembangkan lagi sesudah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat menciptakan Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965. Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific <orthwest Seismograph <etwork, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu perihal tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah bahari dan kemungkinan peristiwa tsunami sanggup cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di kawasan sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu hingga di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, lantaran faktor alamiah, menyerupai kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), asumsi waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum sanggup dimodelkan secara akurat.
Gempa bumi sanggup terjadi kapan saja dan sulit untuk diprediksi. Oleh lantaran itu masyarakat membutuhkan sebuah sistem peringadatan dini (early warning system) yang berfungsi sebagai “alarm” seandainya terjadi gempa bumi secara tiba-tiba. Mitigasi musibah atau upaya preventif untuk meminimalkan efek negatif musibah terhadap manusia, harta benda, infrastruktur dan lingkungan.
Baca Juga : Bencana dan Tsunami Yang Terjadi Di Indonesia
Pada bulan Desember 2004 negara kita mengalami tragedi tsunami yang juga melanda negara-negara di sekitar Indonesia menyerupai Thailand, Bangladesh, India, Sri Landa, bahkan Maladewa, Somalia, Kenya, dan Tanzania yang berada di Afrika. Tsunami yang melanda Aceh dan sebagian Sumatera Utara, sebelumnya ditandai dengan gempa berkekuatan 9,15 magnitudo momen. Ratusan ribu orang tewas, belum lagi korban luka-luka dan korban materi. Jumlah korban yang sangat besar menciptakan tsunami ini merupakan tsunami paling mematikan sepanjang sejarah dunia.
Sayangnya, kita tidak mempunyai sistem peringatan dini menyerupai halnya yang ada di Samudera Pasifik. Ini lantaran kita memang jarang mengalami musibah tsunami. Tsunami terakhir yang cukup besar di Indonesia terjadi pada tahun 1883, yang disebabkan oleh meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda. Itu berarti sudah lebih dari seabad yang lalu. Setelah ada tsunami ini, UNESCO dan lembaga-lembaga lainnya di dunia mulai merintis pengembangan sistem pengawasan tsunami global untuk wilayah di sekitar Samudera Hindia.
Oleh lantaran itu kita patut mencurigai peristiwa gempa dan dampaknya yang mungkin terjadi sewaktu-waktu. Dimana saja dan sanggup terjadi berulang di suatu tempat dalam kurun waktu tertentu. Hal lain yang perlu diwaspadai pada peristiwa gempa ialah efek Tsunami yang diakibatkannya. Peristiwa Flores, Banyuwangi, Bengkulu, Banggai dan terakhir di Aceh dan Sumatera Utara hendaknya menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Gempa yang diiringi dengan air bahari yang menyurutkan merupakan petunjuk alam perihal akan terjadinya gelombang tsunami.
Selanjutnya : Kerusakan Akibat Tsunami Di Samudera Hindia
Belum ada Komentar untuk "Sistem Peringatan Dini Mengenai Terjadinya Tsunami"
Posting Komentar