Upaya Meringankan Ancaman Tsunami
Banyaknya korban jiwa lantaran tsunami disebabkan banyak faktor ibarat kurangnya pengetahuan masyarakat perihal gempa dan tsunami, terbatasnya peralatan, peramalan, peringatan dan masih banyak lagi. Untuk mengurangi ancaman peristiwa tsunami dibutuhkan perhatian khusus terhadap 3 hal yaitu:
• Struktur Pantai (Coastal Structures)
• Penatataan Wilayah (City Planning)
• Sistem yang terpadu (Tsunami Prevention System)
• Struktur Pantai (Coastal Structures)
• Penatataan Wilayah (City Planning)
• Sistem yang terpadu (Tsunami Prevention System)
baca juga : Kerusakan Akibat Tsunami Di Samudera Hindia
1. Struktur Pantai
Didaerah pantai dimana gempa biasa terjadi sebaiknya dibangun struktur bangunan penahan ombak berupa dinding pantai (sea wall or coastal dike) yang merupakan bangunan pertahanan (defense structure) terhadap tsunami. Struktur ini akan efektif, apabila ketinggian tsunami relatif tidak terlalu tinggi. Jika ketinggian tsunami melebihi 5 meter, prasarana ini kurang begitu berfungsi. Pohon-pohon pantai ibarat tanaman bakau (mangrove) juga cukup efektif untuk mereduksi energi tsunami, terutama untuk tsunami dengan ketinggian kurang dari 3 meter.
2. Penataan Wilayah
Korban terbanyak peristiwa tsunami ialah perkampungan padat didaerah pantai disamping tempat wisata pantai. Cara paling efektif mengurangi korban ancaman tsunami ialah dengan memindahkan wilayah pemukiman pantai ke tempat bebas tsunami (tsunami-free area). Menurut catatan, sudah banyak insiden tsunami yang menyapu habis pemukiman nelayan disekitar pantai, mereka terperangkap dan tidak sempat menyelamatkan diri saat tsunami datang. Kedatangan tsunami yang begitu cepat sangat tidak memungkinkan penduduk didaerah pesisir pantai untuk meloloskan diri. Perkiraan perihal tempat penggenangan tsunami (tsunami inundation area) dibutuhkan untuk merancang tempat pemukiman yang kondusif bagi penduduk.
3. Sistem Yang Terpadu
Sistem pencegahan tsunami (tsunami prevention system) akan mencakup hal hal sebagai berikut: peramalan, peringatan, evakuasi, pendidikan masyarakat, latihan, kebiasaan untuk selalu waspada terhadap bencana, dan kesigapan pasca bencana. Kedatangan tsunami sama dengan insiden gempa itu sendiri, masih sulit diprediksi. Pada 15 Juni 1896, wilayah Sanriku-Jepang pernah dihantam gelombang tsunami tanpa peringatan sama sekali.
Ketinggian gelombang tsunami mencapai 21 meter dan menewaskan lebih dari 26.000 orang yang sedang berkumpul mengadakan festifal keagamaan. Pemasangan seismograp bawah maritim (ocean-bottom seismograph) akan memperlihatkan data cukup detail perihal data seismik yang akan berkhasiat untuk memprediksi apakah tsunami akan terbentuk dari insiden seismik tersebut atau tidak.
Beberapa tahun terakhir, Japan Marine Science and Technology Center (JAMSTEC) telah menempatkan seismograp bawah maritim di beberapa wilayah perairan Jepang untuk melaksanakan deteksi dini akan munculnya tsunami tanggapan gempa bawah laut. Dengan pemasangan seismograp bawah maritim ini, kedatangan tsunami dapat dideteksi dalam hitungan menit.
baca juga : Sistem Peringatan Dini Mengenai Terjadinya Tsunami
Peringatan awal akan datangnya tsunami akan memperlihatkan peluang kepada masyarakat didaerah rawan untuk mengadakan persiapan penyelamatan diri. Memang tidak setiap gempa bumi akan mendatangkan tsunami, tetapi perilaku atau kebiasaan untuk selalu waspada terhadap peristiwa tsunami sebaiknya selalu menempel di setiap masyarakat. Ketika berada di pantai dan mencicipi adanya getaran gempa, segeralah berlari ke arah dataran yang tinggi (minimal 20 meter). Jangan pernah menunggu tsunami datang.
Ketika tsunami tiba dalam jarak bersahabat di depan mata, dapat dipastikan keselamatan jiwa berpeluang kecil untuk selamat. Air maritim yang surut tiba-tiba atau adakala sebelum tsunami datang, bunyi ibarat ledakan bom yang memekikkan tiba dari arah laut, ini juga membuktikan bahwa masyarakat harus segera meninggalkan pantai tanpa harus menunggu. Kedatangan tsunami yang dapat beberapa kali dengan selang kedatangan dapat mencapai beberapa jam sangat membahayakan masyarakat yang berdatangan ke pantai sehabis kedatangan gelombang tsunami yang pertama. Hal ini mesti dihindari.
Pemasangan sirine atau pengeras bunyi di pantai-pantai yang sering dipadati oleh kunjungan masyarakat akan sangat efektif untuk memperlihatkan peringatan dini kepada pengunjung akan ancaman tsunami begitu getaran gempa terasa. Pemasangan papan pengumuman "daerah rawan tsunami" atau "awas tsunami!!!" di pantai-pantai, di tempat rawan tsunami akan mengingatkan masyarkat yang berada di tempat tersebut. Pembangunan tugu peringatan bahwa tsunami pernah terjadi di tempat tersebut akan mengingatkan masyarakat bahwa beliau berada di tempat rawan tsunami dan harus selalu waspada.
Pendidikan ke masyarakat perihal ancaman gempa dan tsunami menjadi sangat penting. Tidak semua orang punya pengalaman dengan tsunami sepanjang hidupnya. Dan untuk selamat dari peristiwa tsunami, seseorang tidak harus pernah punya pengalaman dengan tsunami. Jika seseorang punya pengetahuan sederhana perihal kedatangan tsunami, begitu gempa datang, segera beliau akan menyelamatkan diri ke arah dataran tinggi. Pengetahuan ini sebaiknya ditransfer ke masyarakat sekitar dan juga generasi berikutnya. Di wilayah Sanriku-Jepang, yang merupakan tempat paling rawan tsunami di dunia, setiap tahun diadakan latihan untuk memperingati tsunami yang telah menelan ribuan korban di tempat itu. Dengan acara demikian diharapkan kesadaran masyarakat akan adanya ancaman tsunami selalu meningkat.
Demikianlah upaya untuk mengurangi korban peristiwa tanggapan tsunami. Keberhasilan upaya ini akan meminimalkan korban peristiwa tsunami secara signifikan ibarat yang terjadi di negaranegara maju ibarat Jepang atau Amerika.
selanjutnya : Megatsunami Gelombang Tsunami Tertinggi Mencapai Ketinggian 100 Meter
Belum ada Komentar untuk "Upaya Meringankan Ancaman Tsunami"
Posting Komentar